Imam Ibnu Hisyam Al-Anshori
Oleh : Syahril Siddiq
Imam Ibnu Hisyam Al-Anshori
Nama lengkap beliau adalah Abdullah Jamaluddin bin Yusuf bin Ahmad bin Abdullah bin Hisyam
Al-Anshari Al-Kazraji. Awalnya Beliau penganut Madzhab Syafi'i, tetapi kemudian
pindah madzhab Hambali. Ibnu Hisyam lahir di Kairo pada hari Sabtu, 5 Dzulqo’dah
tahun 708 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 23 April 1309 M. dan wafat
pada bulan Dzulqa'dah tahun 761 Hijriyah, dan Wafat pada hari kamis malam jum’at
tanggal 5 dzulqo’dah tahun 761 H/ 1360 M dalam Usia 53 tahun menurut kalender
Hijriyah dan 51 tahun menurut kalender masehi.[1]
Beliau pernah mendengar
Diwan Zuhair bin Abi Sulma dari Abu Hayan. Diantara puisi terkenalnya"
ومن يصطبر بالعلم يظفر بنيله # ومن يخطب
الحسناء يصبرعلى البذل
ومن لم يذلّ النّفس فى طلب العلم # يسيرا يعش
دهراطويلاأخا ذل
"Siapa yang bersabar dalam mencari ilmu, maka
ia akan memperoleh apa yang dicitakan. Siapa yang meminang perempuan cantik,
maka bersabarlah atas pemberian.
Siapa yang tidak merendahkan hati sebentar
saja dalam mencari kemuliaan, maka ia hidup dalam waktu lama bersama teman
kehinaan."
Diantara kitabnya yang
terkenal adalah Mughni Al-Labib; Awdhah Al-Masalik 'ala Alfiyah Ibnu Malik; dan
Qathr An-Nada'.
A.
Sifat dan Keilmuannya
Ibnu Hisyam menonjol dengan
dikaruniai kecerdasan yang luar biasa dan hafalan yang kuat. Beliau sanggup
melampaui kawan-kawannya pada banyak ilmu, seperti nahwu, fiqh, adab, tafsir
dan lughat, bahkan beliau melampaui para syaikh pada masanya itu. Beliau
menghafal Mukhtashar al-Kharaqi dalam tempo kurang dari 4 bulan.
Adapun dalam aspek ilmu
bahasa Arab, Ibnu Hisyam adalah seorang sastrawan, hanya saja beliau banyak
berbeda dengan Abu Hayyan, salah seorang ahli nahwu pada masanya.
Dalam segi akhlaq, beliau
dikenal tawadhu’, berbakti, penyayang, santun dan halus budi bahasanya, menjaga
diri, bagus perjalanan hidupnya, istiqamah dan sabar dalam menuntut ilmu.
B.
Para Guru dan Muridnya
Ibnu Hisyam belajar kepada
para ulama pada masanya dalam ilmu bahasa Arab, fiqh, hadits, tafsir dan
qiraat. Diantara guru-gurunya adalah:
1.
Syaikh Syihabuddin Abdul Lathif bin al-Murahhal, kunyahnya adalah Abu
Faraj (Ibnu Hisyam
melaziminya dalam ilmu nahwu).
2.
Syaikh Syamsuddin Muhammad bin Muhammad bin Numair, yang dikenal dengan
Ibnu as-Siraj (Ibnu Hisyam belajar ilmu qiraah darinya).
3.
Syaikh Tajuddin Ali bin Abdullah at-Tibrizi.
4.
Syaikh Tajuddin Umar bin Ali al-Fakihani. (Ibnu Hisyam mempelajari
syarah al-Isyarah darinya, satu kitab yang membahas ilmu nahwu).
5.
Imam Ibnu Jama’ah, salah seorang ahli hadits pada masanya. (Ibnu Hisyam
belajar ilmu hadits darinya).
6.
Imam Abu Hayyan an-Nahwi, seorang ahli nahwu yang unggul pada masanya.
Adapun murid-murid Ibnu
Hisyam diantaranya adalah:
1. Muhibbuddin Muhammad, putra
Ibnu Hisyam.
2. Syaikh Jamaluddin Ibrahim bin
Muhammad al-Lakhami.
3. Sirajudin Umar bin Ali.
4. Ibrahim bin Muhammad
an-Nahwi.
Ibnu Hisyam memiliki banyak
murid, hanya saja kebanyakan dari mereka tidak dikenal dalam sejarah.
C.
Madzhab Ibnu Hisyam
Ibnu Hisyam adalah seorang
yang alim dan wara’. Beliau tidak tercela aqidahnya, agamanya dan suluknya.
Dahulu beliau bermadzhab Syafi’i, kemudian beralih ke madzhab Hanbali. Ada yang
berpendapat lain, seperti Syaikh Yusuf bin Taghri Bardi: “Ibnu Hisyam pada
awalnya seorang Hanafi, kemudian beralih menjadi Hanbali.”
D.
Statement Para Ulama Tentang Ibnu Hisyam
Imam as-Subki berkata:
“Ibnu Hisyam adalah ahli nahwu zamannya.” Sedangkan Syaikh ad-Damamini berkata
kepada putra Ibnu Hisyam: “Andai saja Imam Sibawaih masih hidup, pastilah ia
akan berguru kepada ayahmu dan membaca kepadanya.”
Ibnu Khaldun berkata: “Kami
di Negeri Maroko, senantiasa mendengar kabar bahwa di Mesir ada seseorang
bernama Ibnu Hisyam yang alim dalam ilmu bahasa Arab, yang lebih pakar dalam
bidang nahwu melebihi Imam Sibawaih.”
E.
Metodologinya dalam Bidang Nahwu
Para pakar yang meneliti
kitab-kitab karya Ibnu Hisyam mendapati bahwa manhaj/metodologinya dalam ilmu
nahwu dibangun atas asas-asas berikut:
1.
Menjadikan al-Quran sebagai sumber pertama serta asas dalam membangun
kaidah nahwu, dan mentashih uslub-uslub bahasa Arab.
2.
Bersandar pada sebagian qiraat untuk membangun sebagian kaidah nahwu.
3.
Berdalil dengan hadits-hadits Nabi Saw. yang mulia.
4.
Berdalil dengan syair-syair Arab. Catatan: di kalangan spesialis nahwu
ada beberapa syair yang tidak bisa dijadikan hujjah. Adapun Ibnu Hisyam
terkadang membawakan beberapa syair semacam ini untuk menjelaskan kekeliruan
struktur kebahasaan dalam syair tersebut.
5.
Beliau tidak terikat dengan madzhab nahwu tertentu. Dalam bidang nahwu
dikenal madzhab besar; Bashrah dan Kuffah, serta ada beberapa madzhab lainnya.
Secara umum beliau banyak bersandar pada madzhab Bashrah, hanya saja beliau
juga mengambil madzhab Kuffah, atau bahkan madzhab-madzhab lainnya manakala
beliau memandang dalil-dalil mereka lebih kuat dari dalil-dalil ulama-ulama
madzhab Bashrah.
F.
Kitab-kitab Ibnu Hisyam
Beliau menulis sekitar
50-an kitab. Sebagian hanya dikenal namanya karena hilang dalam proses
peradaban sehingga tidak sampai ke tangan kita, sebagiannya lagi masih eksis
dan sudah diterbitkan. Karya-karya beliau adalah :
1.
Syuzur z-Zahab fi Ma’rifah Kalam al-‘Arab, sebuah risalah lebih panjang
tentang ilmu nahwu.
2.
Kitab Syarh tentang risalah tersebut, dicetak di Bulaq tahun 1282 H dan
Cairo pada tahun 1253 H dan 1305 H;
3.
Qatr an-Nada wa Ball as-Sada, sebuah risalah pendek tentang ilmu nahwu,
diterbitkan beberapa kali;
4.
Kitab Syarh (penjelasan atau penafsiran) atas kitab tersebut di atas,
terbit di Tunisia pada 1281 H dan di Cairo pada 1274 H;
5.
Al-I’rab ‘an Qawaid al-I’rab, sebuah risalah singkat, dicetak di
Constatinopel (kini Istanbul) tahun 1298 H;
6.
Mugni al-Labib ‘an Kutub al-A’arib, kitab nahwu yang membahas secara
terinci makna huruf dan keadaan kalimat, dicetk di Teheran tahun 1274 H dan di
Cairo tahun 1305 H, 1307 H, dan 1317 H;
7.
Muqid al-Ahzan wa Muqiz al-Wasnan, kitab tentang beberpa kemusykilan
ilmu nahwu;
8.
Al-Alqaz, kitab tentang beberapa masalah ilmu nahwu yang ditulis untuk
keperlun Sultan Malik Kamil, dicetak di Cairo tahun 1304 H;
9.
Ar- Raudah al-Adabiyah fi Syawahid Ulum al-‘Arabiyah, buku penjelasan
tentang syair-syair krya Ibnu Jinni dalam kitabnya al-Lam’;
10. Al-Jami’ as-Saghir fi an-Nahw, semacam kamus
kecil Ilmu Nahwu;
11. Makalah tentang ‘Irab kata-kata luqatan,
fadlan, khilafan, aidan, dan lain-lain dipublikasikan dalam kitab as-Suyuti
yang berjudul al-Asybah wa an-Naza’ir fi an-Nahw;
12. Makalah kecil tentang penggunaan al-munada
(kata panggilan, seperti, “Ya, Ahmad”) dalam sembilan ayat Al-Qur’an;
13. Mas’alah I’tirad asy-Syart ‘ala asy-Syart,
juga dimuat dalam kitab as-Suyuti tersebut;
14. Fauh asy-Syaza fi Mas’alah Kaza, dimuat dalam
kitab as-Suyuti tersebut;
15. Syarh al-Wasidah al-Lugawiyyah fi al-Masa’il
an-Nahwiyah, juga dimuat dalam kitab as-Suyuti tersebut;
16. Audah al-Masalik ila Alfiyah ibn Malik,
diterbitkan di Cairo dengan judul at-Tawdih tahun 1304 H dan 1316 H, serta di
Calcuta tahun 1832;
17. Syarh Banat Su’ad, penjelasan tentang kasidah
(syair-syair) pujian-pujian Ka’ab bin Zuhair kepada Rasulullah SAW, diterbitkan
di Cairo pada tahun 1304 H dan 1307 H;
18. Syawrid al-Milh wa Mawarid al-Manh, sebuah
tulian tentang kebahagiaan manusia;
19. Mukhtasar al-Intisaf min al-Kasysyaf,
ringkasan buku al-Intisaf min al-Kasyasyaf karya Ibnu Munir yang merupakan
bantahan terhadap pendapat-pendapat *Muktazilah dalam kitab al-kasyaf karya
az-Zamakhsyari;
Jika ingin lebih tahu dengan luas Biografinya, silahkan dibaca Buku Sanad
Ulama Nusantara.
Sahabat......Cari Sepatu dan Pakaian Muslimah Murah??
coba cek Link Shopee di sini !!!
Sepatu
Pakaian Muslimah
[1] Sanad Ulama Nusantara (290)
0 Response to "Imam Ibnu Hisyam Al-Anshori"
Post a Comment